Sunday, November 11, 2007

SEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN

Jakarta, 12 November 2007


SEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN


Inilah salah satu contoh betapa kita sebagai bangsa kurang becus menangani/mencari solusi dari masalah kita sendiri. Masalah itu bernama banjir! Dikatakan kurang becus, karena yang namanya hujan deras datang setiap tahun, tepatnya selama musim penghujan sekitar bulan November, Desember, Januari, dan Februari.
Yang menyedihkan, meskipun kita tahu persis hujan deras akan datang pada bulan-bulan itu, tapi kita sepertinya tidak pernah mengantisipasinya dengan baik. Tidak siap menghadapi akibat-akibat yang ditumbulkannya. Yakni banjir bandang yang bisa datang sewaktu-waktu!
Ketika banjir besar datang, kerugian yang diakibatkannya tidaklah sedikit, terutama di sektor ekonomi. Kerugian akibat banjir bisa triliunan. Selain harta benda warga dan infrastuktur yang hancur atau rusak, aktifitas ekonomi menjadi terganggu dan bahkan terhenti sama sekali. Apalagi bila banjir itu berlangsung berjam-jam atau bahkan berhari-hari.
Sebagai bukti kita kurang bisa mengantisipasi datangnya banjir, lihatlah apa yang terjadi ketika turun hujan deras dalam beberapa hari di bulan November ini. Banjir langsung terjadi di mana-mana. Di Jakarta dan sekitarnya, hujan deras dan luapan air langsung mengakibatkan kemacetan panjang berjam-jam. Padahal hujan belum pada puncaknya, sekitar bulan Desember dan Januari.
Penanganan banjir tentu bukan hanya tugas pemerintah, baik pusat maupun daerah. Juga bukan hanya tugas masyarakat. Banjir adalah masalah kita semua. Masalah semua pihak, termasuk warga masyarakat yang tiggal di kawasan yang selama ini tidak tersentuh banjir. Sebab, bisa dipastikan, akses atau jalan-jalan di sekitar Jakarta dan sekitarnya akan macet total ketika terjadi hujan deras, apalagi bila terjadi banjir.
Di sinilah dibutuhkan kepedulian semua pihak untuk mengantisipasi datangnya banjir tersebut. Dari warga, misalnya, diperlukan kepeduliannya menjaga lingkungan, antara lain membersihkan selokan dan got-got. Mereka juga tidak boleh membuang sampah di sembarangan tempat. Berbagai peristiwa banjir yang menggenangi perumahan warga seringkali karena saluran air mampat lantaran tersumbat sampah.
Sedangkan dari pemerintah dituntut untuk membangun infrastruktur yang terintegrasi. Yang terakhir ini penting, karena seringkali pembangunan infrastruktur di Jakarta dan sekitarnya, misalnya, seringkali tidak integral dan lebih bersifat adhoc, termasuk pembangunan saluran air.
Akhirnya yang terjadi hanya memindahkan banjir dari satu lokasi ke lokasi lainnya, dan bukan menanganinya secara keseluruhan. Ini persis yang terjadi pada pembangunan busway. Sebagai ide dasar, pembangunan busway tentu saja sangat baik untuk mengurangi kecacetan di jalan-jalan ibukota. Namun, karena kurang terintegrasi keberadaan busway justru menjadi biang kemacetan di mana-mana.
Penanganan banjir yang integral itu termasuk segera menyelesaikan pembuatan Kanal Timur, membuat sejumlah resapan air, dan menindak tegas penggundulan hutan di kawasan puncak. Apalagi bila penebangan hutan ini kemudian diperuntukkan bagi pembangunan hutan-hutan beton berupa perumahan peristirahatan. Pemerintah harus menindak tegas para perusak lingkungan tersebut tanpa pandang bulu.
Pembangunan infrastruktur yang integral itu memang membutuhkan waktu dan dana yang tidak sedikit, namun hal itu harus dilakukan dengan konsisten dan tegas. Tanpa itu semua, bisa dipastikan banjir akan terus datang dan menelan kerugian yang tidak sedikit.
Kini kita sudah di bulan November, sebentar lagi curah hujan akan mencapai puncaknya. Mari kita sedia payung sebelum hujan. Jangan sampai hujan yang sebenarnya merupakan anugerah Tuhan itu justru berbalik menjadi bencana karena kita tak becus menanganinya!


Wassalam

Rachmad
Independent
pemerhati public & media
rbacakoran at yahoo dot com

WWW.RACHMADINDEPENDENT.BLOGSPOT.COM
http://rachmadindependent.blogspot.com