Thursday, November 29, 2007

SELUK BELUK KANKER SERVIKS

Jakarta, 27 November 2007


SELUK BELUK KANKER SERVIKS

Apa itu Kanker Serviks (kanker leher rahim)?
Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim.
Kanker serviks merupakan kanker yang tersering dijumpai di Indonesia baik di antara kanker pada perempuan dan pada semua jenis kanker. Kejadiannya hampir 27% di antara penyakit kanker di Indonesia.
Namun demikian lebih dari 70% penderita datang memeriksakan diri dalam stadium lanjut, sehingga banyak menyebabkan kematian karena terlambat ditemukan dan diobati.

Dimana Letak Leher Rahim?
Leher rahim adalah bagian bawah rahim yang menonjol ke dalam kelamin wanita. Di tempat ini sering terjadi kanker yang disebut kanker serviks.

Bagaimana Gejalanya?
Kanker serviks pada stadium dini sering tidak menunjukan gejala atau tanda-tandanya yang khas, bahkan tidak ada gejala sama sekali.
Gejala yang sering timbul pada stadium lanjut antara lain adalah :
*Pendarahan sesudah melakukan hubungan intim.
*keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita.
*Pendarahan sesudah mati haid (menopause).
*Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau bercampur darah, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil.

Apakah Penyebabnya?
Lebih dari 95 % kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV (Human Papiloma Virus) yang dapat ditularkan melalui aktivitas seksual. Saat ini sudah terdapat vaksin untuk mencegah infeksi HPV khususnya tipe 16 dan tipe 18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70% kasus kanker serviks di Asia.

Apa Saja Yang Menjadi Faktor Risikonya?
Beberapa faktor risiko terkena kanker serviks antara lain:
*Mulai melakukan hubungan seksual pada usia muda.
*Sering berganti-ganti pasangan seksual.
*Sering menderita infeksi di daerah kelamin.
*Melahirkan banyak anak.
*Kebiasaan merokok (risiko dua kali lebih besar).
*Defisiensi vitamin A,C,E.

Kanker Serviks Tahap Dini / Tahap Pra Kanker
Kanker serviks dapat dikenali pada tahap pra kanker, yaitu dengan cara melakukan antara lain pemeriksaan SKRINING, artinya melakukan pemeriksaan tampa menunggu keluhan. Beberapa medote skrining telah dikenal, yaitu antara lain: PAP SMEAR dan IVA.

PAP SMEAR
Kanker serviks di mulai dari tahap pra kanker. Jika kanker dapat ditemukan pada tahap awal ini, akan dapat disembuhkan dengan sempurna.Pemeriksaan PAP SMEAR Adalah cara untuk mendeteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat.

Kapan Melakukannya?
Pemeriksaan PAP SMEAR dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid atau sesudah petunjuk dokter. Bagi perempuan yang sudah menikah atau sudah melakukan hubungan seksual, lakukanlah pemeriksaan PAP SMEAR setahun sekali. Segera mungkin melakukan pemeriksaan PAP SMEAR dan jangan menunggu sampai timbul gejala.

Bagaimana Pemeriksaan Dilakukan?
Pemeriksaan PAP SMEAR dilakukan di atas kursi periksa kandungan oleh dokter atau bidan yang sudah dilatih, dengan menggunakan alat untuk membantu membuka kelamin wanita. Ujung leher diusap dengan spatula untuk mengambil cairan yang mengandung sel-sel dinding leher rahim. Usapan ini kemudian diperiksa jenis sel-selnya di bawah mikrosop. Apabila hasil pemeriksaan posirif (terdapat sel-sel yang tidak normal), harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli kandungan.

IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
Yaitu pemeriksaan leher rahim dengan cara melihat langsung leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5 %. Bila setelah pulasan asam asetat 3-5% ada perubahan warna, yaitu tampak bercak putih, maka kemungkinan ada kelainan tahap pra kanker serviks.

Dimana Pemeriksaan Dapat Dilakukan?
Pemeriksaan PAP SMEAR/IVA dapat dilakukan di berbagai tempat, seperti : rumah sakit, rumah bersalin, pusat atau klinik deteksi dini kanker, praktek dokter spesialis kandungan, puskesmas, praktek dokter umum dan bidan yang telah mempunyai peralatan untuk melakukan pemeriksaan PAP SMEAR.

Vaksin HPV
Lebih dari 95 % kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV (Human Papilloma Virus) yang dapat ditularkan melalui aktivitas seksual. Saat ini sudah ada vaksin untuk mencegah infeksi HPV khususnya tipe 16 dan 18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70% kasus kanker serviks di Asia. Pencegahan dilakukan dengan mengurangi faktor resiko serta dengan melakukan vaksinasi HPV khususnya tipe 16 dan 18.

Pesan Yang Perlu Diingat
*Untuk melakukan skrining kanker serviks, jangan sampai menunggu adanya keluhan.
*Datanglah ke tempat periksa untuk pemeriksaan PAP SMEAR/IVA.
*Jika ditemukan kelainan pra kanker ikutilah pesan petugas/dokter. Apabila perlu pengobatan, jangan ditunda. Karena pada tahap ini tingkat kesembuhannya hampir 100%.


Wassalam

Rachmad
Independent
Pemerhati Public & Media
rbacakoran at yahoo dot com

Tuesday, November 27, 2007

SKENARIO ANTISIPASI HARGA MINYAK DUNIA

Jakarta, 27 November 2007


SKENARIO ANTISIPASI HARGA MINYAK DUNIA

Harga minyak mentah di pasar internasional terus meroket seakan tanpa kendali. Sampai awal pekan ini, harganya tercatat sudah mencapai 99 dolar AS per barel, alias berada diambang angka psikologis 100 dolar AS per barel. Harga setinggi itu jelas tak pernah terbayangkan sebelumnya, bahkan beberapa bulan lalu, di awal-awal pergerakan 'liar' harga minyak.
Hampir semua negara di dunia terkena imbasnya, juga Indonesia yang saat ini juga sudah pula tercatat sebagai pengimpor minyak. Sejak awal melejitnya harga minyak, pemerintah masih sangat yakin anggaran belanja negara tak banyak terganggu meski terus mewaspadai pergerakan harga minyak. Bahkan muncul pula suara bahwa kita masih menikmati windfall profit karena juga masih mengekspor minyak mentah.
Namun kini, saat harga minyak nyaris tak terkendali, kita baru sibuk mengantisipasi dampaknya terhadap beban anggaran. Memang, seperti dinilai sebagian kalangan antisipasi ini agak sedikit terlambat, karena asumsi-asumsi, termasuk harga minyak, dalam anggaran belanja tidak disesuaikan sejak awal.
Keterlambatan mengantisipasi tersebut memang sangat mungkin terjadi. Pasalnya, boleh jadi, ketika harga minyak terus melangit, muncul dilema, bahkan kegamangan pemerintah untuk mengantisipasi dampaknya terhadap anggaran. Sebelumnya, dalam anggaran belanja, harga minyak diasumsikan hanya 60 dolar AS per barel. Jika asumsi ini diubah sesuai harga riil, itu berarti beban subsidi juga akan membengkak. Sebaliknya, menaikkan harga untuk menekan subsidi juga bukan opsi yang bisa dilakukan. Apalagi, para elite politik terlanjur melontarkan pernyataan tidak akan menaikkan harga bahan bakar minyak sampai 2009 nanti.
Kita tentu saja berharap pemerintah bisa secepatnya keluar dari situasi dilematis itu, dengan mengusung skenario-skenario antisipasi yang jelas serta bisa terimplementasi baik. Ada sejumlah skenario yang disebut-sebut bakal dipilih; mulai dari akselerasi terkait program konversi minyak tanah ke gas, peningkatan produksi minyak, sampai insentif bagi industri yang menggunakan bahan bakar nonminyak. Semua skenario itu diyakini bisa menjadi kunci untuk mengurangi tekanan dan beban subsidi bahan bakar minyak dalam anggaran belanja.
Skenario seperti apa memang belum dijelaskan secara rinci, namun kita berharap, apapun skenarionya, tidak hanya bertujuan untuk menyelamatkan anggaran belanja negara tahun depan. Skenario itu tidak hanya bertujuan mengutak-atik beragam angka asumsi. Kita berharap skenario tersebut mencakup pula antisipasi-antisipasi dampak tak langsung lonjakan harga minyak terhadap publik.
Selama ini, lonjakan harga minyak antara lain berimbas pula pada industri, terutama yang menggunakan bahan bakar tak bersubsidi. Biaya produksi jadi meninggi, sementara perusahaan nyaris tak punya lagi ruang untuk melakukan efisiensi, lantaran ekonomi biaya tinggi masih membayangi. Bukan tak mustahil situasi ini berujung pada rasionalisasi karyawan.
Dampak tak langsung seperti itulah yang perlu pula diantisipasi, misalnya dengan membentuk jaring pengaman sosial atau yang semacamnya. Jika tidak, kita akan semakin sulit melepaskan diri dari jeratan kemiskinan dan pengangguran. Dan skenario antisipasi untuk ini rasanya tak cukup dengan penyediaan dana cadangan. Tak cukup pula dengan mengubah asumsi dalam anggaran tanpa program-program yang berkelanjutan dan terukur.



Wassalam

Rachmad
Independent
Pemerhati Public & Media
rbacakoran at yahoo dot com

Saturday, November 24, 2007

DIREKTORI - KEDUTAAN ASING DI INDONESIA

Jakarta 26 November 2007

Direktori-kedutaan Asing di Indonesia




DIREKTORI - KEDUTAAN BESAR INDONESIA DI LUAR NEGERI


Friday, November 16, 2007

REVITALISASI REPUBLIK : Perspektif Pangan dan Kebudayaan

Jakarta 16 November 2007

REVITALISASI REPUBLIK : Perspektif Pangan dan Kebudayaan

Revitalisasi Indonesia bisa dimulai dari mana saja. Apapun kebijakan yang menjadikan anak panah, asal fokus, konsisten dan terus menerus sehingga mampu menarik bidang-bidang lain untuk menjadi produktif, maka persoalan yang dihadapi bangsa ini akan dapat diatasi.
Kebijakan mengenai pangan, misalnya, kalau dilakukan secara totalitas maka akan mendorong ketahanan pangan nasional. Situasi ini akan membuat perasaan tenteram rakyat, tiap individu merasa bermartabat karena tidak kelaparan, dan bangsa menjadi berdaulat karena tidak bergantung pada bangsa lain dalam mencukupi kebutuhan pangan nasional.
Ibarat sebuah sungai, jika ketahan pangan tersebut bergabung dengan sungai-sungai lain utamanya nilai-nilai kebangsaan dan kebudayaan, maka akan terciptalah lautan. Kita AKAN menjadi bangsa yang besar.

Franciscus Welirang lahir di Padang 9 November 1951. Pendidikan tinggi di tempuh di HND Chemical Engineering (Inggris) dan Plastic Institute South Bank Politechnic (Inggris). Saat ini menjadi Wakil Presiden Direktur PT.Indofood Sukses Makmur,Tbk dan Komisaris Utama PT. Bursa Efek Surabaya. Aktif di beberapa organisasi seperti menjadi Sekretaris Jenderal Federasi Pengemasan Indonesia, Dewan Penasehat Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia, Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia, Wakil koordinator komisi I Badan Perlindungan Konsumen Nasional, dan Anggota tim Pengarah Panitia Orientasi Kebangsaan Departemen Dalam Negeri RI. Selain itu, juga intens bersentuhan dengan budayawan, ulama, pengamat dan kelompok-kelompok strategis lain.
Dunia dan orang lain tidak akan bisa diminta supaya berhenti menyiasati kita kecuali merubah diri kita sendiri sehingga tidak bisa diperdaya olehnya.
kalau jalan ketakutan akan adanya jebakan pangan dari negara adidaya pertanian ternyata kurang ampuh, mengapa tidak menyiasati dengan menjadi belut melalui mengembangkan budidaya makan tepung?
Buku Franciscus Welirang ini terdiri atas lima bagian, bagian I tentang Industri Pangan, bagian II tentang Ketahanan Pangan, bagian III tentang Tanggung Jawab Sosial dan Pemberdayaan Ekonomi, bagian IV tentang kebudayaan, bagian V tentang Kebangsaan serta Renungan Penutup.

Siapapun anak bangsa yang mau sedikit merenung, dia akan gemetar jika memikirkan masa depan Indonesia. Utamanya apabila faktor China dan India diperhitungkan. karena kedua negara itu, secara sadar dan terencana, masing-masing berniat menguasai pasar hardware dan software dunia. Target waktu yang mereka tetapkan adalah tahun 2025.
Saat itu menurut pengamat politik Sukardi Rinakit, China menguasai hardware dunia, India menguasai software dunia, sedangkan Indonesia Noware. Kita harus segera bergerak menguasai Iptek agar tidak ketinggalan dari negara-negara tetangga. Melihat geliat kedua negara tersebut, dan pusaran ekonomi global yang semakin cepat dan tidak ada pilihan lain bagi indonesia kecuali mencari terobosan alternatif. Tanpa langkah itu, rasanya sulit bagi republik untuk bisa bertahan dari gempuran global. Pendeknya, kelangsungan hidup bangsa sangat tergantung dari kemampuan kita dalam memahami persoalan mendasar yang kita hadapi. Selain itu juga sangat tergantung pada keberanian kita dalam mengambil keputusan politik bersama. Tanpa langkah itu, sumber daya ekonomi dan politik yang ada tidak akan bergerak maju. Ia akan seperti tertahan karena menentang arah angin.

Untuk Kelangsungan Hidup Bangsa
Menurut Sri Sultan Hamengku buwono X, Pangan bukanlah sekedar "pemelihara" kebudayaan dan peradapan tetapi juga kelangsungan hidup bangsa. Tanpa pangan bisa dipastikan sejarah kita sebagai bangsa, bahkan sejarah umat manusia akan berakhir. Oleh sebab itu, masalah ketahan pangan, meskipun tampak mikro jika dilihat dalam konfigurasi permasalahan bangsa, harus mendapatkan perhatian utama. Tanpa itu, bukan saja keresahan sosial sulit untuk dihindari tetapi kualitas SDM Indonesia pun secara otomatis akan rendah. Secara sekilas, itulah barangkali yang menjadi intisari pemikiran penulis ini.
Harus diakui bahwa selain beras, konsumsi pangan kita juga masih rendah, utamanya konsumsi protein hewani. Konsumsi susu per kapita per tahun, Indonesia kalah jauh dibandingkan dengan India, misalnya. Per kapita rakyat Indonesia hanya minum susu 6,5 liter per tahun, sedangkan India mencapai 40 liter. Lebih ironis lagi jika di bandingkan Bangladesh dan Myanmar pun, kita juga kalah jauh. Bangladesh mencapai 31 liter dan Myanmar 12,9 liter. Ini belum konsumsi daging, telur, kedelai dan lain-lain. Pendek kata, secara umum, konsumsi pangan kita relatif rendah.
Sementara itu, ketergantungan kita pada produk pangan dunia, khususnya "serealia" masih relatif tinggi. Padahal China dan India merupakan konsumen terbesar kebutuhan pangan dunia, termasuk serealia. Situasi demikian secara implisit memberi gambaran, bahwa sesungguhnya kedaulatan pangan kita sangat rentan. Ini disebabkan oleh ketidakmandirian negara dalam memenuhi kebutuhan pangan rakyat. Dengan kata lain, kedaulatan kita dapat terancam sewaktu-waktu, karena ketergantungan pangan pada negara lain cukup besar.
Muaranya adalah bahwa kebijakan pangan kita harus diubah dengan paradigma baru yang menjamin ketersediaan dan ketahanan pangan. Jika menggunakan sumber kearifan jawa, kebijakan itu hendaknya berakar pada filosofi Hamemayu hayuning Bawono, sebuah konsep pembangunan berkelanjutan yang lahir jauh sebelum Deklarasi Rio tahun 1992, guna menjamin ketahanan pangan yang sustainanble. Tanpa kesadaran seperti itu, kita tidak akan bisa meningkatkan kualitas hidup rakyat, karena kelangsungan hidup bangsa selalu terancam kapan pun.


Wassalam

Rachmad
Independent
rbacakoran at yahoo dot com

www.rachmadindependent.blogspot.com

Thursday, November 15, 2007

Jakarta 1 September 2007

Teh Kompos (Compost Tea Brewer)



Apakah Teh kompos?
Pupuk cair organik, dibuat dari bahan kompos (sampah taman kota, sampah pasar sayur) yang dimasukkan dalam kain katun tipis kemudian direndam dalam air dan diaerasi dalam jumlah yang cukup. Teh kompos adalah cairan yang berasal dari leaching kompos yang kaya dengan dengan nutrien dan tinggi populasi mikroba (bakteri, fungi, protozoa, nematode) yang bermanfaat.

Mengapa menggunakan Teh kompos?
Teh Kompos memiliki beberapa keuntungan. Merupakan produk pupuk alami yang ramah lingkungan, mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen yang terdapat di dalam kompos.
Disamping sebagai pupuk alami Teh kompos juga berfungsi sebagai pestisida alami. Teh kompos mampu mengembalikan kesuburan tanah secara alami serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit.

Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan dan pemanfaatan Teh kompos:
Pembuatan teh Kompos sangat mudah, diibaratkan seperti kita menyeduh teh kantong:
1.Bahan pembuat teh kompos yang berkualitas.
2.Suplai oksigen yang cukup diperlukan untuk merangsang pertumbuhan mikroba aerobik.
3.Produk berdaya guna tinggi jika pemakaian kurang dari 24 jam setelah diproduksi.

Perbedaan Teh kompos dan ekstrak kompos:
Pada Ekstrak kompos tujuan utama adalah kandungan nutrien; sedangkan pada teh kompos selain kandungan nutrien juga mikroorganisme yang bermanfaat.



Wassalam


Rachmad
rbacakoran at yahoo dot com


www.rachmadindependent.blogspot.com

Sunday, November 11, 2007

UNDANGAN DONOR DARAH RABU 14 NOVEMBER 2007 DI HOTEL GRAND KEMANG

Jakarta, 12 November 2007



UNDANGAN DONOR DARAH

HARI : RABU,14 NOVEMBER 2007
JAM : 09:00-13:00 WIB
TEMPAT : HOTEL GRAND KEMANG
SPINAR MEETING ROOM LT 3
JL.KEMANG RAYA NO 2 H
KEBAYORAN BARU-JAKARTA
TELP : (021) 719.4121





SETETES DARAH ANDA DAPAT MEMBANTU UNTUK SESAMA




Wassalam


Rachmad
Independent
pemerhati public & media
rbacakoran at yahoo dot com


www.rachmadindependent.blogspot.com atau
http://rachmadindependent.blogspot.com/

SEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN

Jakarta, 12 November 2007


SEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN


Inilah salah satu contoh betapa kita sebagai bangsa kurang becus menangani/mencari solusi dari masalah kita sendiri. Masalah itu bernama banjir! Dikatakan kurang becus, karena yang namanya hujan deras datang setiap tahun, tepatnya selama musim penghujan sekitar bulan November, Desember, Januari, dan Februari.
Yang menyedihkan, meskipun kita tahu persis hujan deras akan datang pada bulan-bulan itu, tapi kita sepertinya tidak pernah mengantisipasinya dengan baik. Tidak siap menghadapi akibat-akibat yang ditumbulkannya. Yakni banjir bandang yang bisa datang sewaktu-waktu!
Ketika banjir besar datang, kerugian yang diakibatkannya tidaklah sedikit, terutama di sektor ekonomi. Kerugian akibat banjir bisa triliunan. Selain harta benda warga dan infrastuktur yang hancur atau rusak, aktifitas ekonomi menjadi terganggu dan bahkan terhenti sama sekali. Apalagi bila banjir itu berlangsung berjam-jam atau bahkan berhari-hari.
Sebagai bukti kita kurang bisa mengantisipasi datangnya banjir, lihatlah apa yang terjadi ketika turun hujan deras dalam beberapa hari di bulan November ini. Banjir langsung terjadi di mana-mana. Di Jakarta dan sekitarnya, hujan deras dan luapan air langsung mengakibatkan kemacetan panjang berjam-jam. Padahal hujan belum pada puncaknya, sekitar bulan Desember dan Januari.
Penanganan banjir tentu bukan hanya tugas pemerintah, baik pusat maupun daerah. Juga bukan hanya tugas masyarakat. Banjir adalah masalah kita semua. Masalah semua pihak, termasuk warga masyarakat yang tiggal di kawasan yang selama ini tidak tersentuh banjir. Sebab, bisa dipastikan, akses atau jalan-jalan di sekitar Jakarta dan sekitarnya akan macet total ketika terjadi hujan deras, apalagi bila terjadi banjir.
Di sinilah dibutuhkan kepedulian semua pihak untuk mengantisipasi datangnya banjir tersebut. Dari warga, misalnya, diperlukan kepeduliannya menjaga lingkungan, antara lain membersihkan selokan dan got-got. Mereka juga tidak boleh membuang sampah di sembarangan tempat. Berbagai peristiwa banjir yang menggenangi perumahan warga seringkali karena saluran air mampat lantaran tersumbat sampah.
Sedangkan dari pemerintah dituntut untuk membangun infrastruktur yang terintegrasi. Yang terakhir ini penting, karena seringkali pembangunan infrastruktur di Jakarta dan sekitarnya, misalnya, seringkali tidak integral dan lebih bersifat adhoc, termasuk pembangunan saluran air.
Akhirnya yang terjadi hanya memindahkan banjir dari satu lokasi ke lokasi lainnya, dan bukan menanganinya secara keseluruhan. Ini persis yang terjadi pada pembangunan busway. Sebagai ide dasar, pembangunan busway tentu saja sangat baik untuk mengurangi kecacetan di jalan-jalan ibukota. Namun, karena kurang terintegrasi keberadaan busway justru menjadi biang kemacetan di mana-mana.
Penanganan banjir yang integral itu termasuk segera menyelesaikan pembuatan Kanal Timur, membuat sejumlah resapan air, dan menindak tegas penggundulan hutan di kawasan puncak. Apalagi bila penebangan hutan ini kemudian diperuntukkan bagi pembangunan hutan-hutan beton berupa perumahan peristirahatan. Pemerintah harus menindak tegas para perusak lingkungan tersebut tanpa pandang bulu.
Pembangunan infrastruktur yang integral itu memang membutuhkan waktu dan dana yang tidak sedikit, namun hal itu harus dilakukan dengan konsisten dan tegas. Tanpa itu semua, bisa dipastikan banjir akan terus datang dan menelan kerugian yang tidak sedikit.
Kini kita sudah di bulan November, sebentar lagi curah hujan akan mencapai puncaknya. Mari kita sedia payung sebelum hujan. Jangan sampai hujan yang sebenarnya merupakan anugerah Tuhan itu justru berbalik menjadi bencana karena kita tak becus menanganinya!


Wassalam

Rachmad
Independent
pemerhati public & media
rbacakoran at yahoo dot com

WWW.RACHMADINDEPENDENT.BLOGSPOT.COM
http://rachmadindependent.blogspot.com

TIM SAR ADAM AIR Temukan Kamera

jakarta 12 januari 2007

TIM SAR ADAM AIR Temukan Kamera

Tim SAR yang melakukan pencarian pesawat Adam Air secara besar-besaran di perairan Malusetasi, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan dan sekitarnya, Kamis(11/1), menemukan lagi sebuah kamera yang bisa dipakai memotret di dalam air serta rambut manusia yang melekat pada serpihan badan pesawat.
"Kami sedang menyelidiki kedua benda ini dan diharapkan memberi petunjuk apakah barang-barang ini milik penumpang pesawat Adam Air KI-574 yang hilang sejak 1 Januari 2007," kata Marsma Eddy Suyanto, SAR Mission Coordinator (SMC) kepada pers di Lanud Hasanuddin Makassar, Jumat.
Sebelumnya, Bakri, seorang nelayan dari dusun LojiE, desa Bojo, Kecamatan Malusetasi, Kabupaten Baru, menemukan potongan ekor pesawat bagian kanan belakang (tail horizontal stabilizer) pesawat nahas tersebut pada hari Rabu yang tersangkut di jala ikan.
Menyusul penemuan itu, tim SAR menggencarkan penyisiran di perairan tersebut dan menemukan sejumlah serpihan badan pesawat dan peralatan di dalam kabin seperti pelampung, meja, sabuk pengaman dan sobekan sayap pesawat yang hingga saat ini masih terus diteliti apakah benda-benda itu benar adalah milik pesawat Boeing 737-400 Adam Air yang dicari-cari selama dua pekan terakhir.
"Hingga saat ini, benda-benda itu belum dapat dipastikan apakah milik pesawat dan penumpang Adam Air," ujar Eddy Suyanto.
Namun, katanya, penemuan tersebut memberi petunjuk yang lebih kuat kepada tim SAR untuk mengintensifkan pencarian di laut terutama di perairan sekitar Parepare ke Utara sampai daerah Majene, Sulbar.
Personil SAR yang melakukan pencarian di daratan Tanah Toraja dan Polewali-Mandar telah ditarik untuk memperkuat Posko SAR di Parepare guna meningkatkan penyisiran di perairan tersebut. Pencarian di darat akan dilanjutkan bila ditemukan petunjuk baru keberadaan pesawat tersebut.
Sejumlah KRI dan KAL yang diperkuat oleh USNS Mary Sears dari Amerika Serikat, Baruna Jaya dari LIPI dan sebuah kapal Basarnas yang sebelumnya beroperasi di Mamuju, Sulawesi Barat, kini juga telah berada di perairan Majene untuk mencari keberadaan badan pesawat yang masih misterius itu.
pesawat-pesawat udara, terutama helikopter akan makin diintensifkan operasionalnya, termasuk dalam mempercepat evakuasi benda-benda temuan ke Posko Lanud Hasanuddin untuk diteliti lebih mendalam.
Terkait penemuan jenazah wanita di pelabuhan Nusantara Parepare, Kamis pagi, Eddy Suyanto mengatakan bahwa pihaknya hingga saat ini belum menerima hasil visum dari pihak kepolisian.
Namun ia pesimis bahwa jenazah itu adalah salah seorang penumpang Adam Air yang hilang dalam penerbangan Surabaya-Manado itu, karena bila itu memang penumpang pesawat yang jatuh di laut selama dua pekan terakhir ini, tidak mungkin jenazahnya masih utuh seperti jenazah yang diotopsi tersebut.


Wassalam

Rachmad
Independent
pemerhati public & media
rbacakoran at yahoo dot com

Menjaga Momentum Penurunan Suku Bunga

jakarta 8 Januari 2007

Menjaga Momentum Penurunan Suku Bunga

Trend penurunan BI Rate tampaknya terus berlanjut. Setelah Bank Indonesia menurunkan BI Rate (suku bunga induk) sebanyak lima kali di tahun 2006, masing-masing 50 bp (0,50 persen), maka di awal tahun 2007 ini, BI Rate kembali diturunkan sebesar 25 bp (0,25 persen). BI Rate akhirnya menjadi sebesar 9,50 persen. Penurunan BI Rate ini tentunya harus direspons oleh berbagai kalangan dengan optimisme tinggi, termasuk kalangan dunia usaha. Fenomena penurunan suku bunga ini jelas sangat ditunggu-tunggu kalangan dunia usaha. Selama ini mereka menjerit akibat tingginya suku bunga pinjaman bank. Tak aneh kalau tingkat loan to deposits ratio (LDR) bank-bank masih sangat rendah, hanya pada kisaran di bawah 60 persen. Nah, dengan suku bunga yang terus menurun, maka pada waktunya suku bunga kredit juga akan semakin rendah dan itu sangat kondusif juga ideal bagi dunia usaha di Indonesia ini.
Kendati berita ini cukup menggembirakan, banyak kalangan (termasuk dunia usaha) pesimistis. Pasalnya, tanpa dibarengi kebijakan lainnya, penurunan suku bunga belum cukup untuk mendorong sektor riil kembali bergerak cepat. Stimulus berupa penurunan suku bunga kredit, tampaknya sudah bagus, namun belum cukup untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi fantastik. Perlu ada kebijakan suplemen lain sebagai pelengkap untuk memperkuat kebijakan penurunan BI Rate. Kebijakan ini lah yang ditunggu kalangan pebisnis, pelaku dunia usaha.
Kompleksitas masalah
Persoalan yang menggelayuti dunia usaha sebenarnya cukup pelik dan kompleks. Mereka tidak hanya membutuhkan bantuan permodalan (pembiayaan) semata, namun juga membutuhkan dukungan mulai dari ketersediaan bahan baku, masalah produksi, masalah perburuhan (SDM), serta berbagai masalah pascaproduksi seperti tingginya biaya-biaya tidak resmi (pungutan). Masalah itu antara lain berupa mahalnya biaya transportasi (akibat kerusakan insfratruktur jalan raya), masalah pemasaran produk serta seabrek persoalan lain yang tidak kalah rumit.
Oleh sebab itu, kebijakan penurunan suku bunga ini sebenarnya tidak cukup untuk kembali membangunkan sektor riil dari mati surinya. Untuk kembali menggairahkan dunia usaha, dibutuhkan stimulus kebijakan lainnya dari pemerintah. Kebijakan itu seperti kemudahan perizinan investasi, masalah insentif perpajakan, perbaikan infrastruktur jalan dan pelabuhan, perampingan birokrasi, rendahnya produktivitas, juga seabrek masalah investasi lain yang perlu pembenahan menyeluruh.
Tak aneh, kalau dalam pertemuan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan para pengusaha Singapura belum lama ini terungkap pesan bahwa para investor Singapura lebih memilih membenamkan investasinya di Cina, India dan Vietnam, bukan ke Indonesia. Persoalannya sederhana, kita dianggap belum banyak berbenah, di mana kultur dan kebiasaan kita belum banyak berubah. Pengurusan izin investasi masih memerlukan jalan panjang dan memakan biaya besar, belum lagi berbagai pungutan liar lainnya.
Untuk itu, perampingan birokrasi perizinan perlu dilakukan karena berdasarkan studi tahun 2003 lalu, diketahui untuk melakukan kegiatan investasi di Indonesia dibutuhkan 12 macam perizinan yang perlu waktu 150 hari untuk mengurusnya. Bahkan, perizinan di daerah bisa mencapai 180 hari.
Hingga tahun 2005, data tersebut masih valid. Ini berbeda dengan negara-negara tetangga baik Thailand, Vietnam, maupun Filipina yang memerlukan waktu yang lebih ringkas dibanding di Indonesia. Di sisi lain, ketersediaan infrastruktur juga menjadi salah satu kendala tersendiri. Jelas, kerusakan berbagai sarana umum dan infrastruktur itu menyebabkan banyak industri menjadi tidak kompetitif. Biaya listrik dan transportasi menjadi mahal. Ujung-ujungnya, produk Indonesia juga lebih mahal dibandingkan barang impor dari Cina misalnya.
Dampak ikutannya, banyak investor yang semula akan menanam modalnya di sini, menjadi berpikir ulang, kalau bisa bahkan merelokasikan usahanya ke negara lain yang jauh lebih murah dan nyaman. Itulah beberapa persoalan klasik yang harus segera dibenahi.
Jadi, tidak usah heran, kendati BI sudah berupaya 'menormalkan' BI Rate cukup besar (sebelumnya pernah mencapai 8,5 persen), tidak otomatis kita bisa mengharapkan segera terjadi perbaikan ekonomi, dalam artian sektor riil kembali menggeliat dan mampu menyerap puluhan juta pengangguran. Masalahnya, agar perekonomian yang tengah mengalami perlambatan ini bisa mengalami percepatan, maka faktor penentunya bukan hanya terletak pada persoalan tingkat suku bunga, tetapi juga pada iklim dunia usaha dan investasi yang kondusif.
Momentum
Sebagai respons positif dari sinyal yang sudah diberikan otoritas moneter, pemerintah harus segera menikdaklanjutinya dengan mengeluarkan serangkaian kebijakan yang kondusif bagi dunia usaha dan pro pasar. Mumpung momentumnya bersamaan dengan penurunan BI Rate, yang kemungkinan akan terus berlanjut, ada baiknya pemerintah beserta dengan jajarannya all-out menciptakan berbagai kebijakan yang mendukung bangkitnya sektor riil secepatnya. Di antaranya adalah dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif.
Ciptakan persaingan sehat dan positif di antara provinsi yang ada untuk berlomba-lomba menarik investasi (asing maupun domestik) ke daerahnya. Sejalan dengan itu, berbagai infrastruktur penunjang seperti jalan raya, telekomunikasi, kelistrikan, pelabuhan, perlu juga mendapat perhatian untuk segera dibenahi. Semua sarana umum ini harus segera dibenahi, jika kita semua ingin mendukung bangkitnya sektor riil. Hanya dengan cara semacam itu, para investor atau calon investor akan berlomba-lomba membenamkan dananya di Indonesia dalam berbagai bidang usaha. Bukankah ini yang ditunggu-tunggu banyak kalangan? Mari segera kita mulai dan awalnya adalah dengan menjaga momentum penurunan suku bunga.
Wassalam
Rachmad
Independent
pemerhati public & media
rbacakoran at yahoo dot com

Banjir Aceh dan Ekonomi Deforestasi

Jakarta 8 Januari 2007

Banjir Aceh dan Ekonomi Deforestasi

Banjir bandang yang menimpa Aceh pekan terakhir Desember 2006 ini sungguh memilukan. Musibah terbesar kedua di Aceh setelah tsunami Desember 2004 lalu, kini makin menyengsarakan rakyat Aceh yang belum pulih trauma psikologisnya akibat tsunami. Akibat banjir bandang tersebut 1.755 rumah hanyut, 4.537 rumah rusak berat, dan 6.287 rumah lainnya rusak ringan.
Sementara sampai Rabu (27/12) jumlah korban yang tewas tercatat 46 orang, yang hilang 164 orang, dan yang mengungsi 45.556 kepala keluarga atau sekitar 203.722 orang .Berapa jumlah korban seluruhnya, menurut Sekertaris Pelaksana Harian Satkorlak Penanggulangan Bencana Provinsi NAD, belum diketahui pasti. Namun sebuah informasi menyebutkan, jumlah korban tewas di Aceh Tamiang saja mencapai 200 orang. Jika semua korban tewas dan hilang (yang kemungkinan besar tewas) dijumlahkan, maka musibah banjir bandang ini bisa menelan korban 500-an orang.
Tragisnya banjir dan longsor ini tidak hanya terjadi di Aceh. Tapi juga di Sumatera Utara dan Riau. Di dua daerah ini, puluhan orang tewas dan ribuan orang tenggelam. Diperkirakan, bulan Januari dan Februari mendatang, ketika musim hujan mencapai puncaknya, akan makin banyak musibah banjir dan longsor di seantero Indonesia.
Sudah bukan rahasia lagi, banjir di Aceh, Sumut, dan Riau penyebab utamanya adalah deforestasi di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). TNGL yang membentang hampir di separuh Pulau Sumatera ini, kondisinya hancur akibat pembalakan liar. Musibah banjir bandang di Kali Bohorok, Langkat, Sumut, awal November 2003, yang menewaskan 200 orang lebih, juga akibat perusakan TNGL di kawasan tersebut. Rupanya peringatan alam yang berupa banjir bandang Bohorok tersebut belum membuat para pemangku kepentingan memberikan perhatian serius terhadap fungsi TNGL.
Ekonomi perusakan
Lester R Brown dalam bukunya yang terkenal The Worldwacth Reader on Global Environmental Issues (New York, 1991) menyatakan bahwa hutan sebagai gudang kehidupan yang terbesar di bumi bernilai jauh lebih mahal daripada nilai kayu gelondongannya. Karena itu, tulis Brown, meski kekayaan hutan ini dikonversi demi produksi kayu, penebangan kayu di hutan tetap tidak bisa dibenarkan secara ekonomis.
Di Amerika Serikat, misalnya, penebangan hutan telah menimbulkan kerugian dunia perikanan dan terumbu karang yang nilainya lima kali lipat dari hasil industri perkayuan tersebut. Bisnis kayu tebangan hutan di sepanjang pantai North Fork, Idaho misalnya, pada tahun 1960-an, tercatat hanya menghasilkan uang sebanyak 14 juta dolar AS. Sementara kerusakan lingkungan --berupa pendangkalan sungai, pantai, dan hancurnya terumbu karang karena erosi-- mencapai 100 juta dolar AS.
Kerugian tersebut dihitung dari menurunnnya hasil tangkapan ikan para nelayan setempat dalam waktu yang sama setelah hutan-hutan sekitar Idaho hancur. Yang menyedihkan, untuk mencapai 'pemulihan' kondisi hutan seperti semula (produksi ikan sama dengan sebelum ada penebangan hutan) dibutuhkan waktu puluhan tahun. Padahal, selama waktu pemulihan tersebut, industri kayu itu pun sudah tidak berproduksi lagi. Bila kondisi itu diperhitungkan, artinya kerugian akibat penebangan hutan terhadap perekonomian masyarakat amat besar, puluhan kali lipat dari hasil kayu tebangan hutan tadi.
Hal yang sama pernah diteliti di Filipina. Perikanan di Teluk Bacuit di dekat Palawan, Filipina menurun drastis setelah lereng-lereng gunung di wilayah hutannya digunduli. Endapan lumpur dari sungai-sungai yang berhulu di gunung yang gundul itu telah menyebabkan terumbu karang di pantai Palawan mati. Padahal terumbu karang merupakan habitat paling disukai ikan. Akibatnya hasil nelayan pun turun rastis. Ekonomi penduduk setempat pun lumpuh,
Dari gambaran itu, kita pun bisa membayangkan, berapa kerugian masyarakat akibat penebangan hutan tersebut. Sebagai bahan perbandingan, bencana banjir bandang di Aceh saat ini yang menewaskan ratusan orang dan menghancurkan ribuan rumah, apakah sebanding dengan hasil kayu yang didapat dari hutan yang digunduli tersebut? Memang belum ada data berapa nilai kerugian akibat banjir bandang itu. Yang jelas, menurut Mustoha Iskandar, Direktur Pengembangan Inhutan III, nilai ekonomi kayu satu hektare hutan alam perawan sekitar Rp 50 juta.
Dengan demikian, seandainya 600 ribu hektare hutan alam di Sumatera diambil kayunya, nilai kotor yang dihasilkan sekitar Rp 30 triliun. Nilai tersebut, kata Mustoha, belum termasuk biaya operasional. Jika dipotong biaya operasional dan modal, perolehan tersebut bisa kurang dari separuhnya atau hanya sekitar Rp 10 triliun. Dengan banyaknya pungutan di bisnis kehutanan, hasil tersebut masih terpotong separuhnya lagi. Sehingga, nilai ekonomi yang diperoleh pengusaha menjadi Rp 5 triliun.
Hanya itulah nilai ekonomi yang bisa diperoleh pengusaha atau para penebang hutan. Sekarang, kita bisa memperkiraka, berapa nilai kerusakan lingkungan akibat penggundulan hutan itu? Pertama, dari aspek biodiversitas. Berapa keanekaragaman jenis spesies (biodiversitas) yang mati dan punah akibat perusakan hutan? Hutan tropis adalah tempat hunian biodiversitas terbesar di dunia. Lebih dari 60 persen biodiversitas di muka bumi berada di hutan tropis.
Kedua, penebangan hutan akan menimbulkan erosi dan sedimentasi di sungai yang mata airnya berada di hutan tersebut. Selanjutnya, erosi dan sedimentasi tadi akan mengotori laut dan merusak ekosistemnya, terutama terumbu karang yang amat sensitif terhadap polusi. Rusaknya terumbu karang ini akan sangat berpengaruh pada kehidupan ikan di laut. Ketiga, hancurnya hutan juga dapat memacu pemanasan suhu bumi. Hutan tropis Indonesia sudah ditetapkan PBB sebagai paru-paru bumi. Keempat kerusakan hutan telah menyebabkan banjir dan longsor yang menelan korban jiwa dalam jumlah yang amat besar.


Wassalam

Rachmad
Independent
pemerhati public & media
rbacakoran at yahoo dot com

Keprihatinan Akhir Tahun

Jakarta 20 Desember 2006
Keprihatinan Akhir Tahun

Apa boleh buat, kita harus menutup tahun 2006 dengan kepala tertunduk. Berbagai indikator menunjukkan capaian kita sepanjang tahun ini, tak menggembirakan, malah tambah memprihatinkan. Betapa tidak?
Baru saja Bank Dunia mengumumkan, saat ini, separuh penduduk Indonesia (49 persen) atau 108,78 juta orang, hidup dalam kondisi miskin dan rentan miskin. Mereka hidup dengan penghasilan kurang dari 2 dolar AS (Rp 18.000) per hari. Indikator kemiskinan lainnya, 25 persen anak Indonesia di bawah usia 5 tahun, menderita gizi buruk. Dari setiap 100 ribu kelahiran, terjadi 307 kematian ibu. Itu artinya, kematian di sini tiga kali lebih tinggi dari kematian ibu melahirkan di Vietnam, atau enam kali kematian ibu di Cina dan tetangga kita terdekat, Malaysia.
Sebagai konsekuensi logisnya, kondisi ini akan disusul dengan meningkatnya kriminalitas, yang menyebabkan meningkatnya pula rasa tak aman masyarakat. Lalu diikuti menurunnya nilai moral masyarakat. Ikutilah koran dan TV. Setiap hari beritanya gencar dengan pencurian, perampokan, penipuan, perkosaan, pembunuhan, dan jangan lupa, yang paling ramai: perselingkuhan dalam rumah tangga.
Pemberantasan korupsi digencarkan dengan banyak penangkapan. Tapi nyatanya peringkat korupsi kita oleh lembaga internasional, tak berubah. Korupsi tetap tinggi. Itu bisa dikonfirmasi dengan pengalaman masyarakat sehari-hari. Mereka yang berurusan dengan birokrasi pemerintahan, mulai urusan KTP, izin, atau berbagai urusan lainnya, tetap harus mengeluarkan uang. Pengguna lalu-lintas yang ditangkap polisi tetap harus memberikan suap. Malah, belakangan semakin gencar teriakan dari masyarakat bahwa penangkapan korupsi dilakukan dengan 'tebang pilih'. Yang ditangkap adalah orang atau mantan pejabat yang tak punya beking politik atau kekuasaan.
Maka sekali pun Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) atau Kejaksaan Agung, terus-menerus mengampanyekan gerakan anti-korupsi dan didukung penuh oleh media massa, hasilnya kurang memuaskan. Ternyata jajak pendapat yang dilakukan Tranfarency Internasional Indonesia menyebutkan 68 persen responden berpendapat pemberantasan korupsi di Indonesia tidak efektif.

Patuh pada neoliberal
Yang lebih memprihatinkan, ada kecendrungan pemerintah semakin terperosok sebagai pelaksana yang patuh dari agenda neoliberal, yang terbukti di masa lalu menjerumuskan bangsa ini ke jurang krisis ekonomi yang amat parah. Agenda itu antara lain, penghapusan subsidi, privatisasi BUMN, dan liberalisasi perdagangan. Semua agenda itu kalau ditrapkan hanya akan menguntungkan negara ekonomi kuat, sekaligus juga akan menyengsarakan negara miskin, seperti Indonesia . Kita cuma menjadi pasar produk mereka, semua BUMN mereka miliki, sementara rakyat menjadi papa.
Kecendrungan itu bisa dilihat dari tindakan pemerintah ketika menaikkan harga BBM yang begitu tingginya, sehingga menyebabkan kemelaratan rakyat, naiknya angka pengangguran, dan meningkatnya dengan tajam jumlah orang miskin. Belakangan, setelah terbentuknya UKP3R, semakin santer terdengar pemerintah akan melego BUMN yang bagus, seperti Pertamina, Bank Mandiri, PLN, dan Telkom. Apalagi di belakang pendirian UKP3R ada sebuah konsultan asing, Mc-Kinsey dari Amerika Serikat.
Terkait soal ini, pemerintah perlu diingatkan tentang apa yang ditulis John Perkins dalam bukunya Confessions of An Economic Hit Man (Pengakuan Seorang Ekonom Perusak). Di situ disebutkan bahwa para ekonom perusak (economic hit man) seperti John Perkins, melakukan operasinya di Indonesia tahun 1970-an, dengan menyamar sebagai staf perusahaan konsultan dari Amerika Serikat, Main Inc. Padahal, seperti diakuinya sendiri, dia adalah seorang intel yang bekerja untuk menguasai sumber daya alam dan politik Indonesia, melalui jebakan utang.
Masih dalam kaitan ini, terlihat bahwa kita terlalu mengistimewakan perusahaan asing, sekali pun investor asing yang baru tetap tak masuk ke Indonesia, sementara perusahaan nasional di dalam negeri telantar. Perlakuan pemerintah dalam kasus lumpur panas di Sidoarjo, Jawa Timur, yang melibatkan perusahaan nasional PT Lapindo Brantas, berbeda dengan kasus pencemaran berat Teluk Buyat, Sulawesi Utara, oleh limbah tambang emas PT Newmont Minahasa Raya, perusahaan asal Denver, Amerika Serikat.
Dalam kasus Lapindo, sekali pun sampai sekarang pemerintah belum memiliki kesimpulan bahwa bencana di kawasan pertambangan gas itu karena kesalahan Lapindo Brantas, tapi presiden sudah membuat keppresnya. Keppres itu mewajibkan semua kerugian yang ditimbulkan oleh bencana tersebut ditanggung PT Lapindo, termasuk membiayai Tim Nasional Penanggulangan Lumpur Panas yang dibentuk pemerintah.
Sementara dalam kasus Teluk Buyat, sekali pun pemerintah sudah meneliti dan memutuskan bahwa pencemaran terjadi karena kesalahan perusahaan asing itu, presiden tak pernah mengeluarkan keppres yang sama dengan kasus Lapindo. Padahal di Teluk Buyat juga rakyat menderita, mereka terkena penyakit aneh, benjolan tumbuh di tubuh, malah ada yang meninggal dunia, dan tak sedikit yang harus pindah karena rusaknya kondisi lingkungan tinggal mereka oleh pembuangan limbah.
Malah di Teluk Buyat awalnya pemerintah cuma diam, sampai terjadi ingar-bingar karena gigihnya protes dan demonstrasi yang digerakkan LSM di sana dan di Jakarta. Pemerintah kemudian menggugat PT Newmont, tapi belakangan, gugatan dicabut, dan PT Newmont cuma membayar ganti rugi dalam jumlah dolar tak seberapa, untuk kesalahannya yang begitu dahsyat. Mestinya untuk kerusakan lingkungan itu PT Newmont harus membayar miliaran dolar AS. Sejumlah pejabat perusahaan itu ditangkap, tapi cuma ditahan beberapa hari sudah dibebaskan, sekali pun perkaranya dibawa ke pengadilan.
Sementara dalam kasus Lapindo, walau pun perusahaan itu sudah berjanji akan melaksanakan keppres, pemerintah tak mepercayainya. Buktinya, penjualan saham perusahaan itu dilarang. Akibatnya, usaha untuk menyelamatkan perusahaan itu dan semua perusahaan di dalam grup Bakrie, terhadang. Padahal karena kasus itu, jelas saham perusahaan di bawah grup Bakrie, menunjukkan trend penurunan harga, dan itu butuh usaha penyelamatan. Ini menurut saya sangat memprihatinkan. Rakyat harus kita selamatkan, ganti rugi yang layak --kalau bisa dengan harga yang lebih baik-- harus diberikan. Tak bisa tidak. Tapi pemerintah tak juga bisa cuci tangan, karena PT Lapindo tak mungkin melakukan pengeboran di Sidoarjo, tanpa izin pemerintah.
Kemudian perusahaan nasional jangan kita hancurkan. Jangan ada pikiran dari pejabat kita --sekali pun dia seorang fundamentalis neoliberal-- untuk menghancurkan perusahaan nasional, agar bisa dibeli murah oleh perusahaan asing. Itu adalah penghianatan terhadap bangsa Indonesia, dan akan mendapat perlawanan dari rakyat.
Mari kita renungkan bersama.

Wassalam
Rachmad
Independent
Pemerhati Public & media
rbacakoran at yahoo dot com