Saturday, November 10, 2007

PUBLIC EXPOSE BANK BRI,BANK MANDIRI ,BANK BII

Jakarta, 17 Agustus 2006

Dalam rangka acara Indonesia Investor forum I, beberapa Bank mengadakan Public Expose (31/7) di Jakarta


BRI Membuku Laba sebesar Rp 2,008 Triliun sampai dengan Triwulan II/2006
Bank BRI pada hari ini mempublikasikan kinerja keuangan triwulan II/2006 dengan perolehan laba setelah pajak Rp2,008 triliun meningkat 3,41% dari pencapaian laba setelah pajak untuk periode yang sama pada tahun 2005 yang tercatat sebesar Rp1,942 triliun. Di tengah kondisi ekonomi yang masih cukup berat bagi perbankan dan harga minyak dunia yang masih berfluktuasi, BRI masih mampu menunjukan pencapaian kinerja yang cukup mengembirakan. Keberhasilan ini disebabkan BRI tetap fokus pada kegiatan bisnis intinya (core business), yaitu memberikan pembiayaan di sektor UMKM.
Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sampai dengan posisi Juni 2006 terjadi peningkatan penerimaan bunga sebesar 23,89% dari Rp8,238 triliun menjadi Rp10,206 triliun. Net Interest Income (NII) pada periode hingga juni 2006 mencapai Rp6,705 triliun meningkat 9,61% dibandingkan perolehan NII periode sampai dengan Juni 2005 yang jumlahnya mencapai Rp6,117 triliun. Net interest Margin (NIM) pada periode Juni 2006 mencapai 11,49%.
Total asset Bank BRI tumbuh sebesar Rp21,681 triliun (19,11%) dari Rp113,474 triliun pada posisi Juni 2005 menjadi Rp135.155 triliun pada posisi Juni 2006.
Ekuitas bank BRI juga mengalami peningkatan sebesar 17,05% yaitu sebesar Rp2.013 miliar dari Rp11,810 triliun pada Juni 2005 menjadi Rp13,824 triliun pada Juni 2006. Sementara itu, Return on Asset (ROA) sebelum pajak pada tahun Juni 2006 mencapai 4,28%, di atas ketentuan ROA Bank Jangkar yang ditetapkan minimal sebesar 1,5%. Sedangkan Return on Equity (ROE) Tier 1 sampai dengan tahun 2006 mencapai 31,22%.
Fokus bisnis Bank BRI tetap tertuju pada pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), sektor usaha yang dikenal sangat tahan menghadapi fluktuasi perekonomian. Untuk melayani sektor ini BRI ditunjang dengan jumlah jaringan lebih dari 4800 unit kerja di seluruh pelosok indonesia, termasuk lebih dari 1400 unit kerja yang telah terhubung secara realtime online. Sampai dengan Juni 2006 ini total portofolio kredit BRI untuk sektor UMKM mencapai 87,67% atau sebesar Rp72,119 triliun dari total pinjaman sebesar Rp82,265 triliun.
Jika dibandingkan posisi triwulan II/2005, maka sampai dengan triwulan II/2006 bank BRI berhasil meningkatkan portofolio kredit sebesar RP13,540 triliun (19,70%) dari Rp68,725 triliun pada juni 2005 menjadi Rp82,265 triliun pada Juni 2006. Segmen usaha yang memberikan kontribusi pertumbuhan kredit paling utama adalah segmen usaha mikro dan ritel masing-masing Rp3,995 triliun dan Rp6,096 triliun. Loan to Deposit Ratio (LDR) Juni 2006 mencapai 76,26%.
Walaupun kondisi ekonomi belum konduksif akibat tekanan suku bunga dan lambatnya pertumbuhan ekonomi, kualitas aktiva produktif BRI tetap terjaga. Gross NPL posisi Juni 2006 tercatat sebesar 5,62% lebih baik dibandingkan dengan posisi Nett NPL Juni 2005 sebesar 2,31%.
Dana pihak Ketiga yang berhasil dihimpun Bank BRI pada posisi Juni 2006 sebesar Rp107,870 triliun, meningkat Rp18,389 triliun (20,55%) jika dibandingkan dengan DPK posisi Juni 2005 sebesar RP89,481 triliun. Komposisi DPK Bank BRI pada Juni 2006 masing-masing Giro Rp20,967 triliun (19,44%), Tabungan Rp50,240 triliun ( 46,57%) dan Deposito Rp36,663 triliun (33,99%). Dengan komposisi pendanaan seperti ini maka perbandingan dana berbiaya relatif murah (giro dan tabungan) dan dana berbiaya relatif mahal (deposito) adalah 66 : 34.
Bank Mandiri Cetak Laba Rp 815 Miliar Pada Semester I Tahun 2006
Baki debet 30 top obligator per juni 2006 turun secara drastis hingga Rp4,8 triliun atau 56%dari total NPL Bank Mandiri
Bank Mandiri sepanjang semester I/2006 telah membukukan laba setelah pajak sebesar Rp815 miliar. Dibandingkan dengan laba setelah pajak di periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp616 miliar, hal ini menunjukan pemulihan kemampuan keuangan bank Mandiri dalam mencetak laba. "peningkatan laba dipicu oleh pencapaian pendapatan bunga sebesar Rp13,3triliun yang mengalami peningkatan 38,8% dibandingkan pendapatan bunga yang dicapai pada semester I/2005 sebesar Rp9,6 triliun" ujar Agus Martowardojo, Direktur Utama Bank Mandiri.
Disamping peningkatan pendapatan bunga, pendapatan operasional lainya diluar laba/(rugi) perubahan nilai dan jual beli surat berharga (fee based income), juga mengalami peningkatan signifikan sebesar dari Rp1,1triliun pada semester I/2005, menjadi Rp1,2 triliun di semester I/2006. "Meningkatnya fee based income salah satunya disumbangkan oleh peningkatan fee dari transaksi valuta asing " papar Agus.
Apabila dilihat dari operating profit ( laba diluar biaya provisi dan keuntungan dari perubahan nilai dan penjualan surat berharga) selama periode Triwulan II/2006, Bank Mandiri berhasil membukukan operating profit sebesar Rp1,6 triliun, meningkat jika dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp1,1 triliun dan sebesar Rp1,3 triliun pada triwulan I/2006 terutama karena peningkatan pendapatan bunga bersih dan fee based income. Peningkatan operating profit tersebut menunjukan bahwa Bank Mandiri memiliki kemampuan untuk terus meningkatkan pendapatan operasional secara sustainable.
Namun demikian, biaya pencadangan aktiva produktif sampai dengan semester I/2006 sebesar Rp1,8 triliun relatif sama dibandingkan dengan semester I/2005, seiring dengan proses restrukturisasi NPL yang masih terus dilaksanakan.
Return on Equity (ROE) dan Return on Assets (ROA) sedikit meningkat ke level 6,9% dan 0,9%, dibandingkan ROE dan ROA yang dicapai pada semester I/2005 sebesar 5,1% dan 0,8%. Net Interst Margin (NIM) mencapai 4,3%, meningkat dibandingkan pencapaian semester I/2005 sebesar 4,2%.
Nilai buku per lembar saham mencapai Rp1.175 dan Earning Per share mencapai Rp40; meningkat dibandingkan dengan Triwulan I/2006 sebesar Rp25; dengan harga saham sebesar Rp1.630, pada penutupan tanggal 25 Juli 2006, Price to Book value (PBV) saham Bank Mandiri mencapai 1,4. Total aktiva bank Mandiri per posisi 30 Juni 2006 mencapai Rp255,3 triliun atau sedikit mengalami penurunan dibanding 30 Juni 2005 sebesar Rp256,8 triliun, dengan total kredit sebesar Rp107,8 triliun tumbuh sebesar 3,8% dari posisi Juni 2005 yang sebesar Rp103,9 triliun dan total dana masyarakat sebesar Rp197 triliun atau tumbuh 7,5% dari posisi Juni 2005 sebesar Rp183,3 triliun.
Permodalan bank Mandiri tetap solid dengan CAR (excluding Market Risk) sebesar 25,1%, jauh diatas ketentuan minimum Bank Indonesia yaitu 8%.
Penurunan Baki Debet 30 Top Obligator NPL
Agus martowardjojo juga menjelaskan bahwa perkembangan posisi 30 op Obligator menunjukan kemajuan yang cukup menggembirakan. Baki debet 30 Top Obligator per Juni 20006 telah turun secara dratis hingga Rp14,8 triliun atau 75% dari total NPL Bank Mandiri. Penurunan jumlah tersebut terutama akibat adanya pelunasan beberapa debitur besar antara lain Sulfindo, Sun hope dan Global chart serta up grade kolektibilitas menjadi performing loan diantarnya adalah Apac inti corpora, mahakam Ekagraha, Budi Acid Jaya, dll. Di sisi lain terjadi peningkatan NPL pada segmen commercial terutama karena kondisi makro ekonomi yang belum sepenuhnya konduksif dan portfolio kredit yang masih rentan.
Namun demikian, secara keseluruhan rasio NPL gross per semester I/2006 menjadi sebesar 24,9%, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan I/2006 yang sebesar 26,2%. Disamping itu, sejalan dengan kebijakan manajemen dalam pembentukan cadangan aktiva produktif yang konservatif, rasio PPAP terhadap NPL menjadi 49,1% pada semester I/2006 meningkat bila dibandingkan dengan semester I/2005 sebesar 42,2% dan di triwulan I/2006 sebesar 46,9%.
Bank Mandiri akan terus melanjutkan program penanganan NPL secara berkesinambungan untuk terus memenurunkan rasio NPL secara berkelanjutan.
Inisiatif staregeis mendukung operating profit
selama semester I/2006 Bank Mandiri telah melaksanakan beberapa inisiatif staregis yang ditunjukan pada peningkatan penetrasi bisnis Bank mandiri di seluruh segmen nasabah, baik untuk segmen corporate banking, commercial banking, consumer banking maupun small business & micro banking. Diantaranya melakukan aliansi kerjasama dengan beberapa perusahaan besar (BUMN dan swasta) dalam penyediaan layanan perbankan, khususnya yang berbasis teknologi.
Aliansi tersebut juga mencakup kerjasama dengan mitra srategis, diantaranya dalam mengembangkan produk-produk retail dan pengembangan jaringan layanan.
Bank BII : Pendapatan Inti yang Berkesinambungan
Di tengah kondisi pasar yang penuh dengan tantangan, pertumbuhan pendapatan inti PT bank internasional Indonesia Tbk. (BII) cukup kokoh, seperti tercermin pada pendapatan Bunga Bersih (Net Interest Income-NII) BII menjadi 5,33%. Upaya BII dalam dalam memelihara pendapatan dan mengendalikan biaya-biaya juga menunjukan hasil yang positif, terlihat pada turunnya Cost to Income Ratio dari 67,93% menjadi 63,71%.
Disisi lain, total kredit meningkat 21% menjadi Rp23,180 miliar pada juni 2006 dari Rp19,179 miliar pada tahun lalu, termasuk di dalamnya dampak konsolidasi WOM serta pertumbuhan segmen konsumer dan UKM/komersial masing-masing sebesar 17% dan 27% . Pertumbuhan kredit tersebut mendorong LDR naik menjadi 58,61% dari 56,21% tahun lalu. Pada juni 2006, NPL (gross) tetap terjaga yaitu 3,86%, walaupun meningkat dari 3,05% tahun lalu karena menurunya kinerja segmen konsumer.
Henty Ho, presiden direktur BII menyatakan, "Kami akan senantiasa berhati-hati dan tetap fokus pada bisnis kami dan telah mengambil beberapa inisiatif srategis untuk meningkatkan kemampuan yang diperlukan agar dapat memanfaatkan peluang-peluang yang muncul pada saat suku bunga menurun dan kondisi ekonomi yang diperkirakan akan membaik menjelang akhir tahun ini." Henry menambahkan, "Kami tetap optimis terhadap potensi pasar dan industri ke depan, meskipun saat ini penuh dengan tantangan."
Di semester pertama 2006, BII membukukan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp352 miliar, atau turun 11% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Dibandingkan dengan laba bersih kuartal pertama, laba bersih yang di peroleh selama kuartal kedua relatif stabil yaitu sebesar Rp176 miliar. Turunnya laba bersih selama kuartal kedua relatif stabil yaitu sebesar Rp176 miliar. Turunnya laba bersih terutama disebabkan adanya biaya pencadangan sebesar Rp290 miliar sampai dengan juni 2006, meningkat secara signifikan dibandingkan dengan biaya pencadangan pada juni 2005 sebesar Rp11 miliar. Peningkatan biaya pencangan ini sesuai dengan kebijakan pencadangan yang konservatif dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang masih sulit akibat tingginya tingkat sukubunga, naiknya harga minyak dunia, merunya daya beli masyarakat serta tidak konduksifnya segmen pasar konsumer.
Total aktiva BII meningkat 10% dari Rp43,143 miliar menjadi Rp47,562 miliar pada juni 2006, terutama disebabkan oleh pertumbuhan kredit sebesar 21% dan dampak konsolidasi. Komposisi kredit BII pada juni 2006 ini terdiri dari 38% kredit konsumer, 34% kredit UKM/komersial dan 28% kredit korporasi.
Jumlah simpanan nasabah BII meningkat menjadi Rp34,394 miliar atau naik 9% dari Rp31,434 miliar tahun sebelumnya. Pada 30 juni 2006, komposisi simpanan nasabah terdiri dari 60% deposito, 40% tabungan dan giro.


Wassalam

Rachmad
Independent
pemerhati public & media
rbacakoran at yahoo dot com