Sunday, November 11, 2007

Indonesia yang Kompetitif

Jakarta 1 Desember 2006

Indonesia yang Kompetitif

Kunjungan Presiden ke Jepang membuahkan kesepakatan investasi yang diperkirakan akan mencapai tiga miliar dolar pada 2007 nanti. Sebuah nilai yang cukup besar jika nantinya kesepakatan itu benar-benar terealisasi.
Persoalan Indonesia sekarang ini memang bagaimana bisa menarik investor untuk menanamkan modalnya, baik itu investor asing maupun lokal. Karena, kita tahu bahwa pengusaha Indonesia pun mulai melirik investasi di luar negeri dibanding di sini.
Ketika berbicara mengenai bagaimana menarik investasi, maka yang akan dihadapi adalah keunggulan kompetitifnya (competitive advantage). Ini yang menjadi sorotan utama termasuk oleh pakar manajemen kelas dunia dan juga penasihat ekonomi beberapa negara berkembang, Michael Porter.
Porter mengingatkan bahwa masih terjadi banyak inefisiensi di berbagai bidang, misalnya regulasi yang terlalu banyak dan panjang, infrastruktur yang kurang memadai, begitu juga produktivitas tenaga kerja yang rendah dan sistem tenaga kerja yang tak efisien.
Belum lagi masalah perebutan kue bisnis. Menurut dia, pebisnis di Indonesia cenderung berebut di kue bisnis yang sama, bukannya mengembangkan bisnis baru sehingga kue bisnisnya menjadi lebih besar. Di sini terkait dengan masalah inovasi dan terobosan baru, yang di situ kita juga masih lemah.
Apa yang dikatakan Porter pada batas-batas tertentu sangat benar. Indonesia yang semula menjadi salah satu macan Asia kini masih saja terpuruk sejak krisis ekonomi hampir satu dekade silam. Indonesia yang sebelumnya surga investasi, kini menyurut. Sementara negara lain yang semula tertidur kini telah bangun dan berlari cepat.
Kita coba lihat, sebelum krisis ekonomi melanda Asia pada 1997, pertumbuhan ekonomi dan investasi di Cina dan India masih relatif lebih rendah dari Indonesia. Sekarang tidak lagi bisa dibandingkan, mereka sudah demikian melejit jauh di atas Indonesia. Bahkan, dengan Vietnam pun kita sudah mulai berat untuk beradu.
Dalam pusaran globalisasi sekarang ini, mau tidak mau Indonesia harus berbenah diri untuk bisa tampil dalam persaingan. Mengandalkan kekayaan alam sudah bukan zamannya lagi, karena terbukti bahwa sebuah negara menjadi maju bukan karena kekayaan alamnya.
Investasi di berbagai bidang sangat dibutuhkan oleh Indonesia. Untuk itu, karpet merah harus disediakan bagi para investor. Karpet merah itu tidak muluk-muluk, cukup dengan aturan yang sederhana, hukum yang tegak, tak ada uang siluman, infrastruktur yang baik, serta sistem dan aturan ketenagakerjaan yang memadai.
Barangkali kita memang sudah berbenah, sudah memperbaiki iklim bisnis, sudah memereteli aturan yang menghambat, dan juga sudah meningkatkan infrastruktur. Tetapi, ternyata negara lain sudah lebih cepat dalam mengatasi semua itu, sehingga kita menjadi tertinggal.
Di tengah optimisme bahwa perekonomian 2007 akan membaik, sudah selayaknya iklim investasi lebih ditingkatkan lagi. Karena, bagaimanapun, tanpa ada peningkatan investasi, optimisme tersebut akan pudar di tengah jalan. Saatnya kita menuju Indonesia yang kompetitif.


Wassalam

Rachmad
Independent
pemerhati public & media
rbacakoran at yahoo dot com